Nyamuk Aedes aeypti ada yang anti DBD lho..nyamuk ini sengaja diberi bakteri wolbachia. Bagaimana penjelasannya? Simak artikel saya ya...
Sebagai negara beriklim tropis Indonesia rentan dengan penyakit yang ditularkan oleh vektor. Vektor adalah pembawa atau perantara penyakit. Kebanyakan dari vektor ini adalah serangga (insekta), utamanya nyamuk.
Banyak penyakit yang ditularkan hewan ini, mulai dari malaria, kaki gajah (filiriasis), yellow fever (demam kuning), zika, dan demam berdarah dengue (DBD).
Di Jogja, yang perlu diwaspadai adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), karena Jogja ada di peringkat ke-5 kota-kota dengan resiko penularan DBD. Kondisi ini harus segera di tangani, karena DBD merupakan penyakit yang berbahaya yang bisa mengakibatkan penderitanya meninggal dunia.
Selain itu Jogja merupakan kota yang menjadikan sektor pariwisata sebagai pendapatan daerah yang utama. Sehingga adanya ancaman DBD ini bila tidak segera diupayakan cara pencegahan yang tepat bisa berpengaruh ke minat wisatawan untuk berkunjung ke Jogja.
Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.
Gejala DBD diantaranya adalah demam tinggi mendadak dengan kisaran suhu mencapai 39-40°C, nyeri kepala yang hebat yang diikuti dengan nyeri otot/sendi, mual, dan kadang disertai timbulnya bintik-bintik merah.
Keparahan biasanya terjadi karena penderita tidak segera mendapatkan penanganan yang memadai. Waspadai penurunan demam setelah hari ketiga. Karena hal tersebut adalah fase kritisnya.
Siklus demam pada DBD menyerupai pelana kuda. Sehingga perlu segera periksa ke dokter apabila demam lebih dari 48 jam berturut-turut, dengan disertai gejala-gejala di atas.
Nyamuk Aedes aegypti memiliki perilaku yang spesifik. Diantaranya adalah tidak menyukai bau wangi, dan berkembang biak di air bersih yang tergenang (bak mandi, tandon air yang terbuka, sumur, tempat minum burung, kulkas, dll).
Selain itu kemampuan reproduksi nyamuk ini cukup cepat, dari telur sampai menjadi nyamuk hanya butuh waktu 7-14 hari. Kemampuan bertahan hidup dan adaptasi dari nyamuk inipun cukup tinggi, telurnya mampu bertahan hingga berbulan-bulan, dan akan langsung menjadi nyamuk begitu terkena air. Itulah sebabnya, di musim penghujan, ancaman penularan DBD meningkat.
Nyamuk Aedes aegypti betina makanan utamanya adalah darah manusia. Sehingga dia memiliki pola dalam mencari makan, yakni menggigit di waktu pagi dan sore hari dimana manusia sedang sibuk beraktifitas, dengan ketinggian terbang 1 meter.
Pencegahan DBD yang selama ini sudah dilakukan dengan memperhatikan perilaku khas yang dimiliki nyamuk Aedes aegypti diantaranya adalah :
- Memutus siklus hidup DBD, dengan menguras, menyikat dinding wadah air dan mengganti air dengan teratur, menutup sumber air yang terbuka, dan mengubur benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, ikanisasi dan pemberian abate.
- Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan baju yang menutup tangan dan kaki, menggunakan lotion secara teratur pada pagi dan sore hari, dan memasang kelambu pada saat tidur.
- Fogging atau pengasapan yang dilakukan di rumah-rumah penduduk yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ternyata upaya-upaya tersebut belum cukup maksimal untuk mencegah penularan DBD. Masih sering dijumpai kasus DBD di tengah masyarakat yang bahkan beberapa menimbulkan korban jiwa.
Berawal dari hal tersebut, maka terdapat pemikiran untuk mencegah dan menanggulangi penularan DBD dengan cara berbeda. Kemudian dilakukanlah sebuah riset yang bernama Eliminate Dengue Project Yogya (EDP Yogya). Nah, apakah itu? Ikuti perjalanan saya..^_^
Wolbachia, Sebagai Alternatif Mengurangi Penularan DBD
Berawal adanya penawaran dari Mbak Elzha selaku koordinator Jaringan Netizen Jogja untuk mendapat wawasan tentang metode atau cara baru penanggulangan DBD, sampailah saya ke kantor insektarium EDP (Eliminate Dengue Project) Yogya di Jl. Podocarpus I N-14 Sekip, yang ada di sebelah selatan Rumah Sakit Sardjito, pada hari Kamis, 9 November 2017 sekitar pukul 14.00 WIB lalu.
Pada hari itu dilaksanakan sosialisasi tentang EDP Yogya kepada kami para netizen dengan nara sumber Bapak Warsito Tantowijoyo, Ph.D seorang ahli entomologi yang bertanggung jawab dalam proyek penanggulangan virus dengue dengan menggunakan bakteri wolbachia.
Pada hari itu dilaksanakan sosialisasi tentang EDP Yogya kepada kami para netizen dengan nara sumber Bapak Warsito Tantowijoyo, Ph.D seorang ahli entomologi yang bertanggung jawab dalam proyek penanggulangan virus dengue dengan menggunakan bakteri wolbachia.
Dalam pemaparannya Bapak Warsito menjelaskan EDP yogya adalah bagian dari Eliminate Dengue Program Global yang melakukan penelitian tentang teknologi Wolbachia di Australia, Vietnam, Colombia, dan Brazil untuk mengatasi penularan penyakit DBD.
Sebagai daerah yang berpotensi terhadap wabah penularan DBD, maka dipilihlah Yogya sebagai lokasi penelitian. Proyek penelitian ini dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM dan didanai oleh yayasan Tahija, sebuah yayasan nirlaba di Jakarta yang berdiri pada tahun 1990.
Pada intinya, Eliminate Dengue Project Yogya ini adalah sebuah penelitian yang mengembangkan sebuah metode alamiah untuk mengurangi penyebaran virus dengue dengan menggunakan bakteri wolbachia yang merupakan bakteri alami yang terdapat dalam tubuh serangga yang dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Wolbachia ini ditemukan pada lebih 60% serangga yang ada di sekitar kita. Namun dalam penelitian ini, wolbachia yang digunakan adalah yang terdapat dalam lalat buah atau drosophila.
Wolbachia ini dapat menurunkan replikasi bakteri dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga nyamuk tersebut tidak lagi dapat menularkan DBD.
Jadi dalam penelitian ini, nyamuk-nyamuk Aedes aegypti disuntik dengan bakteri wolbachia, kemudian nyamuk-nyamuk ini diternakkan untuk kemudian dikawinkan dengan nyamuk Aedes aegypti lokal yang nanti digunakan sebagai lokasi penelitian.
Telur-telur hasil perkawinan antara nyamuk lokal dan nyamuk berwolbachia ini nanti diletakkan pada ember-ember di rumah-rumah responden untuk ditetaskan dan menjadi nyamuk dewasa yang berwolbachia.
Penelitian ini sudah dilakukan sejak tahun 2011, dan terbagi dalam 4 tahap sebagai penelitian sebagai berikut :
Tahap 1 : Uji keamanan dan kelayakan, untuk membuktikan keamanan dan kelayakan teknologi wolbachia (Oktober 2011 - September 2013). Hasil pada tahap ini menunjukkan pada skala laboratorium wolbachia terbukti mampu menghambat perkembangan virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti lokal. Sehingga penelitian perlu ditingkatkat ke tahap 2.
Tahap 2 : Pelepasan skala terbatas nyamuk Aedes aegypti yang sudah berwolbachia (Oktober 2013 - Desember 2015). Dalam tahap ini dilakukan pelepasan nyamuk Aedes aegypti di daerah Nogotirto dan Kronggahan Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, pada periode Januari - Juni 2014, dan peletakan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti yang berwolbachia di wilayah Jomblangan dan Singosaren Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul pada bulan November 2014 - Mei 2015. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada bukti penularan DBD di daerah-daerah yang menjadi lokasi penelitian.
Hal tersebut membuktikan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia secara alami mampu menghambat virus dengue. Dan masyarakat di daerah penelitian menerima teknologi wolbachia sebagai alternatif upaya penanggulangan DBD.
Hal tersebut membuktikan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia secara alami mampu menghambat virus dengue. Dan masyarakat di daerah penelitian menerima teknologi wolbachia sebagai alternatif upaya penanggulangan DBD.
Tahap 3 : Pelepasan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia dalam skala luas (Januari 2016 - Desember 2019).
Tahap 4 : Penyusunan rekomendasi kebijakan (2020-2021). Fase ini bertujuan untuk menjembatani adopsi hasil penelitian untuk kebijakan penanggulangan dengue di daerah dan nasional.
Untuk saat ini penelitian sudah sampai tahap 3, berupa tahap pelepasan nyamuk berwolbachia dalam skala yang luas.
Oleh karena itu diperlukan lebih banyak keterlibatan aktif dari masyarakat untuk berperan dalam penelitian ini, selain dengan bersedia menjadi orang tua asuh dari ember-ember berisi telur Aedes aegypti yang sudah berwolbachia, juga dengan ikut menyebarkan informasi tentang teknologi wolbachia ini kepada orang-orang di sekitarnya.
Demi tercapainya partisipasi maksimal dari masyarakat luas, saat ini EDP Yogya banyak melakukan kegiatan sosialisasi dengan menggandeng media untuk mempublikasi penelitian ini dan turun langsung ke masyarakat melalui program Wolly Mubeng Jogja. Wolly adalah maskot dari EDP Yogya berupa boneka nyamuk Aedes aegypti berwolbachia.
Melihat Penangkaran Nyamuk di EDP Yogya
Setelah mengikuti pemaparan singkat tentang penelitian yang tengah dilakukan EDP Yogya, kami juga diberi kesempatan melihat "dapur" dari EDP Yogya, untuk melihat penangkaran nyamuk Aedes aegypti berwolbachia dan prosedur pengawasannya.
Agar lebih fokus, peserta yang hadir dalam sosialisasi EDP Yogya dibagi dalam 2 kelompok untuk kemudian diajak berkeliling ke ruang-ruang yang ada di kantor EDP Yogya yang digunakan untuk pembiakan nyamuk berwolbachia.
Pertama ruang yang kami kunjungi adalah Mosquito Rearing Unit. Merupakan ruang pembiakan nyamuk Aedes aegypti yang berwolbachia dari telur sampai dewasa. Nyamuk-nyamuk ini nanti yang akan dikawinkan dengan nyamuk Aedes aegypti lokal yang ada di lokasi pelepasan. Telur-telur hasil perkawinan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia hasil pembiakan laboratorium EDP dengan nyamuk lokal tadi ditempatkan ke dalam ember berisi air dan pelet, untuk kemudian diletakkan di rumah-rumah responden hingga menetas dan menjadi nyamuk dewasa berwolbachia.
Sebagai nyamuk peliharaan, nyamuk Aedes aegypti berwolbachia ini tentu diberi makan secara khusus. Makanannya adalah darah manusia untuk Aedes aegypti betina dan larutan gula untuk yang jantan. Cara pemberian makanannya unik, yaitu dengan meletakkan tangan volunteer di atas kandang nyamuk yang ditutup dengan kain strimin selama 15 -30 menit sampai nyamuk-nyamuk kenyang.
Nyamuk Aedes aegypti berwolbachia yang bisa dihasilkan di EDP yogya ini berkisar 1 juta ekor per minggu. Angka yang cukup fantastis, kalau biasanya nyamuk itu dibasmi, di kantor EDP Yogya malah justru dibiakkan. Tapi bukan sembarang nyamuk yang ada di sana, namun nyamuk Aedes aegypti yang berwolbachia yang justru menjadi pembasmi DBD, dan menjadi sahabat kita.
Ruang selanjutnya yang kami kunjungi adalah Field Entomology Unit. Disini kami bertemu dengan Mas Sigit yang banyak menjelaskan tentang tugas dan tanggung jawab staf di divisi tersebut.
Menurut mas sigit, Field Entomology Unit merupakan unit yang paling sibuk dan paling banyak stafnya. Karena di bagian ini semua tugas mulai dari pengambilan sampel telur nyamuk lokal yang akan dikawinkan dengan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia peliharaan EDP, kemudian peletakan telur nyamuk berwolbachia di daerah sampel sampai monitoring atau pengawasan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia yang ada di daerah responden dilakukan. Sehingga tidak heran bila unit ini banyak memiliki staff dan sangat sibuk.
Field Entomology Unit |
Menurut mas sigit, Field Entomology Unit merupakan unit yang paling sibuk dan paling banyak stafnya. Karena di bagian ini semua tugas mulai dari pengambilan sampel telur nyamuk lokal yang akan dikawinkan dengan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia peliharaan EDP, kemudian peletakan telur nyamuk berwolbachia di daerah sampel sampai monitoring atau pengawasan nyamuk Aedes aegypti berwolbachia yang ada di daerah responden dilakukan. Sehingga tidak heran bila unit ini banyak memiliki staff dan sangat sibuk.
Penangkapan sampel nyamuk Aedes aegypti berwolbachia yang ada di daerah sampel dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut BG trap. Hasil tangkapan inilah yang kemudian diserahkan ke Field Entomology Laboratory untuk diamati dan dipilah antara nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina, untuk kemudian dikirim ke laboratorium kedokteran UGM untuk dilihat kandungan bakteri wolbachia dalam tubuhnya.
Field Entomology Laboratory (doc.pri) |
Kesibukan di Field Entomology Laboratory (doc.pri) |
Seorang kawan blogger mencoba mengamati nyamuk Aedes aegypti (doc.pri) |
Rumit kan prosesnya? Yah begitulah... namun manfaat dari penelitian ini cukup besar.
Mudah-mudahan dengan metode wolbachia ini Jogja dapat aman dari DBD.
Dan semoga tulisan saya ini bermanfaat dan menambah wawasan dan pemahaman dari teman-teman tentang nyamuk Aedes aegypti berwolbachia dan EDP Yogya.
Jika masih ingin penjelasan yang lebih rinci tentang EDP Yogya, teman-teman dapat menghubungi :
Equatori Prabowo
Media and Communication
Eliminate Dengue Project Yogyakarta
Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) Jl. Teknika Utara Barek, Yogyakarta 55281
Email :edpyogya@eliminatedengue.com Phone: 0822 20000 385
Website : www.eliminatedengue.or.id Facebook: EDP Yogya
Instagram : EDP Yogya
Instagram : EDP Yogya
Posting Komentar
Posting Komentar