Saya itu paling takut melihat darah. Bahkan saking takutnya, sewaktu masih duduk di bangku SD saya pernah pingsan di depan petugas kesehatan yang mengambil darah saya untuk diperiksa golongan darahnya.
Entah berapa lama saya pingsan, yang jelas saya harus dipapah kembali ke kelas, dan waktu itu teman sebangku berkomentar wajah saya sangat pucat.
Memori itu terus terbawa, sehingga setiap kali saya disarankan teman atau keluarga untuk cek darah ketika saya mengeluh gampang lelah atau cepat pusing, saya selalu mengelak.
Hingga kemudian di hari Selasa 21 November 2017 saya berkesempatan mengunduh ilmu di ajang Temu Blogger Kesehatan yang mengambil tema Cermat Menggunakan Obat yang diselenggarakan Kemenkes RI dan Gema Cermat di hotel Grand Aston Yogyakarta. Kegiatan yang berlangsung selama sehari mulai pukul 08.00-17.00 WIB ini dihadiri lebih kurang 42 blogger kesehatan yang berasal dari kota Jogja dan sekitarnya.
Ada 4 narasumber yang dihadirkan dalam acara ini, yakni dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang diwakili oleh Ibu Hardiah Juliani, M.Kes, dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Ibu Dra. Arrosianti Zahrul Falasifah, Apt. , Ibu Mariyatul Qibtiyah,S.Si, Sp.FRS, Apt. dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobia Kemenkes RI, dan Bapak Indra Rizon dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI yang menjabat sebagai Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga.
Temu Blogger Kesehatan, doc : pri |
Ada 4 narasumber yang dihadirkan dalam acara ini, yakni dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang diwakili oleh Ibu Hardiah Juliani, M.Kes, dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Ibu Dra. Arrosianti Zahrul Falasifah, Apt. , Ibu Mariyatul Qibtiyah,S.Si, Sp.FRS, Apt. dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobia Kemenkes RI, dan Bapak Indra Rizon dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI yang menjabat sebagai Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga.
Sedangkan sebagai moderator adalah Bapak Busreni, S.Ip, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Opini Publik, Produksi, Komunikasi, Peliputan dan Dokumentasi Kemenkes RI.
Para Nara Sumber dan Moderator, doc : pri |
Acara diawali dengan registrasi dan dilanjutkan dengan cek kesehatan. Nah, dibagian cek kesehatan ini saya yang agak galau. Antara ingin tahu kondisi tubuh sama terbayang trauma masa lalu ketika periksa golongan darah dulu.
Prosedur pemeriksaan adalah kami mengisi form yang disediakan, setelah itu kami menuliskan data diri ke dalam lembar presensi untuk menentukan nomor urut pemeriksaan dan kemudian menunggu antrian. Peserta yang mengikuti pemeriksaan kesehatannya, terlebih dahulu dicek berat dan tinggi badan. Kemudian diperiksa lingkar perut dan tekanan darahnya. Setelah itu baru diambil darahnya untuk diperiksa kadar gula dan kolesterolnya. Bagian diambil darahnya inilah yang membuat saya maju mundur cantik.
Akhirnya sambil menunggu antrian saya masuk ke ruang pertemuan. Kebetulan acara baru saja dibuka. Sambil menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian, saya mengikuti ice breaking yang dilakukan. Yakni senam peregangan ala Kemenkes.
Dalam video yang diputar, dicontohkan berbagai gerakan peregangan yang bisa kita lakukan disela-sela kesibukan kita mengerjakan tugas rumah atau kantor. Peregangan sangat penting untuk memperlancar peredaran darah, mencegah otot kaku, dan menghilangkan stress. Penasaran gerakannya seperti apa ? Berikut videonya..
Setelah icebreaking, tibalah kami mengikuti pemaparan dari para narasumber. Acara berlangsung serius tapi santai. Semua peserta menyimak penjelasan dengan seksama. Dan memanfaatkan sessi tanya jawab dengan sebaik-baiknya. Penasaran dengan isinya? Berikut rangkumannya..
Menanamkan Kesadaran Pentingnya Hidup Sehat melalui GERMAS
Dalam temu blogger kesehatan kali ini, disamping akan diberikan edukasi kepada para blogger tentang perlunya sikap cerdas dalam menggunakan obat, juga dikampenyakan mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Fakta menunjukkan terjadi transisi epidemiologi dimana terjadi perubahan pola penyakit terkait dengan faktor perilaku. Di tahun 1990 prosentase penyakit menular seperti TB, ispa, dan diare ada diangka 56%. Namun ditahun 2010 justru prosentase penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, stroke, dan jantung yang berada di angka 57%.
Transisi epidemologi |
Fakta ini cukup mengagetkan. Apalagi penyakit ini ternyata banyak diderita golongan masyarakat yang masih berada di usia produktif akibat gaya hidup yang tidak sehat (jadi teringat hobi kulineran saya...hiks).
Oleh karena itu, berdasar Instruksi Presiden No I tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mencanangkan sebuah program untuk mengingatkan masyarakat agar menjaga kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat. Kegiatan ini bertujuan agar kesehatan terjaga, lingkungan bersih, produktivitas meningkat, sehingga biaya berobat turun.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Gerakan ini menggugah kesadaran setiap individu untuk mau hidup sehat dengan fokus utama kepada 3 hal, yakni melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, mengkonsumsi buah dan sayur, serta memeriksa kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali.
Gerak fisik terbukti mampu memperlancar peredaran darah dan meningkatkan asupan oksigen dalam tubuh. Sedangkan kandungan gizi dalam buah dan sayur terbukti bagus untuk daya tahan tubuh. Poin ketiga, yakni memeriksa kesehatan secara rutin akan memudahkan kita melakukan pengobatan bila terjadi hal-hal yang tidak beres dengan tubuh kita.
Para peserta sedang menyimak paparan dari nara sumber, doc : Mbak Wawa |
Nah, poin ketiga inilah yang hampir tidak pernah saya lakukan. Padahal itu penting banget untuk mengetahui kondisi tubuh kita seperti apa. Meskipun kadang tubuh sudah kasih warning, tapi kita kadang ga "ngeh" dengan tanda-tanda itu.
Akhirnya setelah mendengarkan paparan itu, saya membulatkan tekat untuk berani mengikuti cek kesehatan. Toh saya lihat teman-teman blogger lain yang sudah dicek darahnya juga tetap baik-baik saja. "Justru kalau kita nggak mau cek kesehatan kita, itu yang bisa jadi bahaya..." kata petugas periksa ketika saya menyampaikan ketakutan saya.
Cerdas Menggunakan Obat
Obat itu ibarat pedang bermata dua, dia bisa menyembuhkan tapi bisa juga membahayakan tubuh.
Karena sesungguhnya obat itu racun. Sehingga pemahaman mengenai bagaimana mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat (DAGUSIBU) yang benar harus kita pahami. Agar terhindar dari efek negatif dari obat.
Siapa diantara teman-teman yang ketika sakit tidak ke dokter tapi membeli obat sendiri? Kebiasaan itu dinamakan swamedikasi. Ada sekitar 43% orang yang mempunyai kebiasaan ini, temasuk saya.
Alasannya bermacam-macam, bisa karena biar praktis dan hemat, atau juga penyakit yang dikeluhkan tidak terlalu berat. Meskipun hal ini boleh dan bisa dilakukan, tetapi ada warning yang harus diingat, yakni "bila sakit berlanjut, hubungi dokter". Batas waktu yang diberikan adalah 3 hari setelah kita meminum obat bebas.
Tingginya angka swamedikasi di masyarakat dan banyaknya kasus kesalahan-kesalahan dalam penggunaan obat, mulai dari cara meminumnya, dosis yang digunakan, penyimpanan, sampai pembuangan sisa obat yang belum memenuhi ketentuan, menyebabkan perlunya suatu program sosialisasi agar masyarakat semakin paham dan bijak dalam menggunakan obat.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenkes mencanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) berdasar SK Menteri Kesehatan RI No HK. 02.02/Menkes/427/2015. Gema Cermat ini merupakan kerjasama pemerintah dan masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman, dan keterampilan masyarakat menggunakan obat secara tepat dan benar.
Ada beberapa hal yang harus dipahami ketika menggunakan obat, agar kita bisa Cerdas dalam menggunakan obat. Diantaranya kita harus tahu kategori obat berdasarkan tingkat keamanannya dan juga cara memperolehnya.
Berdasar tingkat keamanannya, obat digolongkan dalam beberapa kategori, yakni :
Logo kategori obat, sumber : idaijogja.com |
a. Obat bebas, dengan tanda lingkaran hijau pada kemasan. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter.
b. Obat bebas terbatas, dengan tanda lingkaran biru pada kemasan. Obat ini adalah obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikam aturan pakai dan peringatan pada kemasan.
Obat bebas dan bebas terbatas ini dapat dibeli di apotek atau toko obat berijin.
Yang perlu diperhatikan pada saat membeli obat bebas dan bebas terbatas adalah : kondisi kemasan, kelengkapan informasi pada kemasan, tanggal kedaluwarsa, dan nomor registrasi.
c. Obat keras dengan tanda lingkaran merah dan huruf K di tengahnya yang ada pada kemasan. Obat kategori ini hanya bisa diperoleh di apotek atau fasilitas pelayanan kesehatan berdasar resep dokter.
Yang harus diperhatikan untuk obat kategori ini adalah kelengkapan informasi pada etiket, meliputi nama pasien, tanggal, dan aturan pakai, serta tanggal kedaluwarsa.
Yang harus diperhatikan untuk obat kategori ini adalah kelengkapan informasi pada etiket, meliputi nama pasien, tanggal, dan aturan pakai, serta tanggal kedaluwarsa.
Disamping itu, ketika kita menerima obat dari dokter, biasakan juga untuk menanyakan "5 O" ini kepada dokter atau apoteker, yaitu :
Dengan mengetahui hal-hal di atas kita akan terhindar dari kesalahan dalam mengkonsumsi obat. Aturan minum obat juga harus kita pahami. Obat yang diminum 3 x sehari, artinya dalam sehari (24 jam), kita meminum obat setiap 8 jam sekali.
Kesalahan penyimpanan obat juga sering dijumpai di masyarakat. Untuk mudahnya, hendaknya kita mematuhi cara penyimpanan sesuai petunjuk dalam kemasan, seperti tidak menyimpan tablet dan kapsul di tempat yang panas atau lembab, tidak menyimpan obat berbentuk sirup di lemari pendingin, menyimpan obat untuk vagina (ovula) dan anus (suppositoria) di lemari pendingin (bukan freezer) agar tidak meleleh pada suhu ruang, dan tidak menyimpan obat spray (aerosol) di suhu tinggi karena dapat meledak.
Satu hal yang tidak kalah penting dalam menyimpan obat adalah harus kita jauhkan dari jangkauan anak-anak, dan memperhatikan tanda-tanda kerusakan obat dalam penyimpanan, seperti perubahan warna, bau dan penggumpalan. Obat yang sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan harus kita buang.
Cara membuang obat sisapun tidak boleh sembarangan. Membuang obat sisa ada aturannya, disamping agar tidak membahayakan lingkungan, juga untuk mencegah penyalahgunaan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Aturan dalam membuang obat sisa diantaranya adalah : memisahkan obat dari kemasannya, melepaskan etiket dan tutup dari wadahnya (tube/botol), membuang kemasan setelah digunting / dirusak, membuang obat sirup di jamban atau saluran pembuangan air setelah diencerkan. Dan membuang botol yang sudah di rusak di tempat sampah, membuang tablet atau kapsul di tempat sampah setelah dihancurkan, menggunting tube salep/krim terlebih dahulu dan buang secara terpisah dari tutupnya di tempat sampah, membuang jarum insulin setelah dirusak dan dalam keadaan tutup terpasang kembali.
Bijak Menggunakan Antibiotik
Banyak yang masih berpandangan antibiotik bisa menyembuhkan segala penyakit. Sehingga ketika sakit, buru-buru meminumnya.
Pandangan itu sangat keliru, antibiotik hanya bisa mematikan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Padahal tidak semua penyakit disebabkan oleh bakteri, bisa karena virus atau jamur yang tidak akan mati oleh antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang tanpa pedoman justru akan merugikan, karena berakibat bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Bila tidak dikendalikan, diprediksi kematian akibat AMR (Anti Mikrobia Resisten) meningkat dari 700.000 kasus ditahun 2013, menjadi 10.000.000 kasus di tahun 2050.
Efek samping antibiotik yang harus diwaspadai |
Oleh karenanya peran aktif masyarakat untuk mencegah resistensi bakteri sangat diperlukan, diantaranya dengan tidak melakukan swamedikasi menggunakan antibiotik.
Antibiotik harus dibeli dengan resep dokter, tidak menyimpan antibiotik di rumah, dan tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain.
Panduan menggunakan antibiotik |
Selain itu antibiotik harus diminum sesuai anjuran. Tidak boleh berhenti minum antibiotik hanya karena keluhan sudah hilang, kecuali karena alergi sehingga dokter perlu mengganti dengan antibiotik lain. Ubah kebiasaan sedikit-sedikit minum antibiotik, karena dapat membahayakan.
Jadi, mari kita bersama-sama nelakukan kebiasaan hidup sehat dan cerdas dalam menggunakan obat, untuk terwujudnya hidup yang lebih baik dan sehat.
***
Sebagai pelengkap, berikut saya ceritakan tahapan dan hasil cek kesehatan yang saya lakukan. Ini merupakan prestasi bagi saya, karena akhirnya saya berani cek darah setelah bertahun-tahun tidak berani melakukannya.
Seperti yang lainnya, pada saat cek kesehatan, hal yang dilakukan petugas adalah :
1). Mengukur tinggi dan berat badan.
Ketika saya bertanya untuk apa data berat dan tinggi badan, petugas yang memeriksa menjelaskan berat dan tinggi badan digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh atau BMI (Body Mass Index).
Rumusnya adalah : berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan kita dalam meter.
Hasilnya nanti untuk menentukan kita termasuk kategori kurus, ideal, gemuk, atau justru obesitas. Adapun klasifikasi nilai BMI adalah berikut :
Contohnya saya : berat badan 46,5 kg, tinggi 150 cm. Dengan rumus di atas, maka BMT saya adalah 20,67. Dan itu termasuk normal.
2). Tahap selanjutnya mengukur lingkar perut.
Lemak di perut adalah yang paling berbahaya. Standar ukuran lingkaran perut untuk pria adalah maksimal 90 cm untuk perempuan maksimal 80 cm.
Lemak di perut dapat menyerang ke organ dalam, diantaranya dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati yang menyebabkan pengerasan hati. Gejala yang timbul berupa nyeri hati yang nggak sembuh-sembuh meskipun diberi obat maag.
Hasil pengukuran saya 74 cm, dan itu normal !
3). Mengukur tekanan darah
Tekanan darah saya pada saat pengukuran adalah 82/116, dan masih termasuk dalam kategori normal.
4). Terakhir pengecekan darah untuk mengetahui kadar gula dan kolesterol.
Kadar gula saya masih normal, diangka 116, sedangkan kolesterol total tidak normal karena melebihi ambang batas yang ditentukan, yakni di atas angka 200.
Parameter dalam cek kesehatan, sumber : kadarguladarahnormal.com |
Ini pasti karena setiap sore saya nyemil gorengan dan malas berolah raga. Untung segera ketahuan, jadi saya segera bisa melakukan diet rendah karbo dan lemak serta rajin berolah raga. Ini ternyata yang menjadi sebab saya sering pusing dan tangan terasa kesemutan.
Oke, diet harus segera dijalankan, porsi buah dan sayur harus diperbanyak, dan segala gorengan harus ditinggalkan. Mari lihat hasilnya 2 minggu ke depan, semoga kolesterol saya sudah kembali normal.
Baca ini juga ya :
Workshop Etiket Blogger bersama Kang Pepih
Baca ini juga ya :
Workshop Etiket Blogger bersama Kang Pepih
Posting Komentar
Posting Komentar