Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sebuah event budaya bernama Njeron Benteng History Trail. Dalam acara ini, kami diajak untuk belajar sejarah dengan cara yang berbeda. Yakni dengan menyusuri tempat-tempat bersejarah di seputar njeron benteng Kraton Yogyakarta.
Oh ya, sebagai informasi dahulu pada masa pemerintahan kraton yogyakarta, wilayah kraton dibagi menjadi 2 yakni njeron benteng (dalam benteng) dan njaban benteng (luar benteng).
Monumen Ngejaman (doc. Pri) |
Nah, dalam event Njeron Benteng History trail itu, peserta diminta menyusuri jejak sejarah masa lalu di dalam benteng keraton, berdasar petunjuk yang ada. Jadi itu semacam acara "amazing race" dengan soal seputar sejarah yogyakarta.
Dari soal yang saya dapatkan, ada salah satu soal dimana kami diminta untuk mencari salah satu tetenger (penanda) yang merupakan monumen yang mengabadikan tentang keharmonisan hidup yang telah terjalin antara masyarakat Tionghoa, pegawai Gubermen (pegawai hindia belanda), dan Keraton Yogyakarta. Monumen tersebut bernama Ngejaman Keben Keraton. Nama Ngejaman berasal dari kata jam, karena memang monumen ini terdiri dari dua bagian, yakni jam dan prasasti.
Monumen ini menjadi penanda semangat kebersamaan antar masyarakat multikultural yang ada di Yogyakarta. Di mana saat itu masyarakat multietnis yang ada di Yogyakarta dapat hidup berdampingan dan telah mendapat peneguhan dari Keraton yaitu pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Ini menunjukkan sejak dahulu toleransi terhadap keberagaman telah ada di Yogyakarta. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan salah satu keistimewaan Yogyakarta yang ada sejak dulu adalah toleransi di tengah kemajemukan budaya dan etnis.
Nah, sejalan dengan semangat toleransi dalam keanekaragaman masyarakat dan budaya yang sejak lama ada di Yogyakarta, Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemkominfo menyelenggarakan acara bertajuk Forum Aksi #PendekarPancasila yang merupakan singkatan dari Pendidikan Karakter Pancasila dengan tema "Semangat Gotong Royong, Kebhinekaan, Persatuan dan Kesatuan menuju Indonesia Maju” di Ballroom hotel UNY Yogyakarta. Acara yang berlangsung di hari Jumat, tanggal 9 Agustus 2019 ini dihadiri oleh kurang lebih 150 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, komunitas, dan umum.
Para nara sumber |
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ditjen Kominfo dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Government Public Relation (GPR) untuk menyampaikan informasi terkait isu prioritas pemerintah, salah satunya penguatan karakter pancasila di kalangan generasi muda demi mewujudkan SDM yang Unggul untuk Indonesia Maju. Yogyakarta merupakan kota ke 3 diselenggarakannya #PendekarPancasila setelah kegiatan yang sama diadakan di Semarang dan Kepulauan Riau.
Acara diawali dengan sambutan oleh kepala dinas kominfo Bapak Rony Primantohari, dan dibuka secara resmi oleh Bapak Wiryanta, Plt Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik dengan pemukulan gong. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan diskusi, dengan nara sumber Ibu Dr Rima Agristina, S.H. M.A, Deputi Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Dalam paparannya, Ibu Rima mengingatkan kembali tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan bernegara yang datang baik dari luar (tantangan global) yang dikenal dengan 10 mega trend 2045 yang meliputi :
Perubahan iklim, perubahan geoekonomi, demografi dunia, urbanisasi global, perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan SDA, perubahan Sosio Politik dan kemajuan teknologi. maupun dari dalam negeri.
10 Mega Trend 2045 (doc. Pri) |
Sedangkan tantangan dari dalam negeri diantaranya adalah paham ideologi yang bertentangan dengan pancasila, bibit radikalisme, korupsi, penyalahgunaan narkoba, dan kerawanan bencana.
Oleh karena itu kita harus kembali mengingat sejarah dari bangsa kita. Jangan sampai kita lupa untuk apa, untuk siapa negara Indonesia didirikan dan mengapa Pancasila dipilih sebagai dasar negara. Kita harus paham kemerdekaan merupakan jembatan emas menuju kehidupan yang lebih baik, yakni mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Dan semua berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara kita.
Narasumber ke dua adalah Bapak Dr. Henri Subiyakto, S.H, M. H. Staf ahli Menteri Kominfo RI yang menyampaikan materi dengan judul Membumikan Pancasila di Era Digital.
Bapak Henri Subiyakto (doc. Pri) |
Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan aneka keberagaman masyarakat di dalamnya.
Keberagaman di Indonesia harus dihargai. Dan itu merupakan perwujudan dari pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Saking besarnya keberagaman di Indonesia ada yang mengistilahkan Indonesia itu Imagine Community. Sehingga sebuah keniscayaan kita hidup dalam kebhinekaan. Dan hal tersebut rentan perpecahan.
Untungnya ada berbagai elemen yang menyatukan kita yang telah disepakati para pendahulu kita, yakni :
1. Pancasila
2. Bahasa Indonesia.
3. UUD 45 dan NKRI
4. Islam, NU, Muhammadiyah
5. Kesamaan identitas sejarah, keadilan, budaya nasional, dan konektivitas
6. TNI, POLRI, birokrat, simbol-simbol negara dan hukum nasional.
Saat ini, generasi milenial jarang menonton TV. Segala informasi banyak didapat dari media sosial. Termasuk idiologi dari luar yang banyak beredar di dunia maya. Sehingga kita harus punya filter untuk mencegahnya.
Salah satu tantangan dalam menjaga keutuhan negara kita adalah menangkal maraknya hoax politik. Karena hoax sebagai alat propaganda untuk menciptakan kegaduhan dan ancaman perpecahan. Sehingga kita harus tahu ciri-ciri hoax politik, diantaranya :
1. Menciptakan ketakutan atau keresahan.
2. Sumber tidak jelas
3. Mengandung Sara
4. Tidak lengkap infonya
5. Minta diviralkan.
Dan kita harus memakai nalar untuk menyikapinya. Intinya adalah saring sebelum sharing. Karena hanya itu yang bisa kita lakukan untuk menangkal hoax yang saat ini banyak kita jumpai di media sosial. Selain itu, kita juga bisa melaporkan berita hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media. Untuk media sosial Facebook, kita bisa menggunakan fitur report status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech / harrasment / rude / threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur report tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Selain itu, ada juga masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax.id sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.
Diskusi selanjutnya adalah tentang pembuatan content positif dengan nara sumber mbak Mira Sahid, seorang blogger dan Cindy Gulla seorang Vlogger. Dalam penjelasannya Mbak Mira menekankan kepada kita untuk meninggalkan jejak digital yang positif. Senada dengan Mbak Mira, Cindy Gulla juga menyampaikan bahwa kita dapat bergotong royong secara online melalui penandatanganan petisi, penggalangan dana, dan menjadi content creator yang baik.
Selain itu Mbak Mira juga menekankan, dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mulai "Berhenti menyakiti, dan mulai saling menghargai"
"Stop marah-marah, dan mulai bersikap ramah"
"Berhenti mencari perbedaan, dan mulai bergandengan tangan"
"Berhenti silang pendapat, dan mulai mencari mufakat.
"Berhenti malas, dan mulai bekerja keras"
Diskusi selanjutnya adalah tentang pembuatan content positif dengan nara sumber mbak Mira Sahid, seorang blogger dan Cindy Gulla seorang Vlogger. Dalam penjelasannya Mbak Mira menekankan kepada kita untuk meninggalkan jejak digital yang positif. Senada dengan Mbak Mira, Cindy Gulla juga menyampaikan bahwa kita dapat bergotong royong secara online melalui penandatanganan petisi, penggalangan dana, dan menjadi content creator yang baik.
Mbak Mira Sahid (doc. Pri) |
Cindy Gulla (doc. Pri) |
"Stop marah-marah, dan mulai bersikap ramah"
"Berhenti mencari perbedaan, dan mulai bergandengan tangan"
"Berhenti silang pendapat, dan mulai mencari mufakat.
"Berhenti malas, dan mulai bekerja keras"
Akhirnya mari kita jaga nilai-nilai Pancasila seperti kegotong-royongan, kebhinekaan, persatuan dan kesatuan, dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya Indonesia maju. Karena nilai-nilai dalam Pancasila tidak sekedar dikatakan tapi juga dirasakan.
Salam...
Salam...
Pancasila memang terlahir dari nilai-niali luhur bangsa indonesia. Semoga kita bisa terus dan selalu menjaganya
BalasHapusPenting banget ini menjaga kerukunan dan menghindari perpecahan...
BalasHapusMakpon Mira Sahid idolakuuuuu
BalasHapusGokil acaranya keren parah ya Mak.
Bisa menginjeksikan semangat CINTA INDONESIA!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Wahh ini eventnya keliling ke beberapa kota ya...nunggu banget nyampe ke kotaku nih...heheh
BalasHapusWahh ada mba mira sahid nih kerenn banget acaranya
BalasHapusSetuju..setuju. Tanpa pancasila rasanya emang mustahil kok menyatukan negara dengan ribuan suku dan bahasa daerah seperti Indonesia ini. Nilai-nilai ideologi ini nih yang bikin orang2 dengan latar belakang berbeda bisa tinggal nyaman di Indonesia. Makanya aku nggak setuju dengan gerakan penyeragaman gitu, bertentangan banget dengan nilai Pancasila sih.
BalasHapuspaling seru emang klo wisata sejarah kayak gini..
BalasHapuswah makpon emang wokeh banget yaa....suka sama quotenya di paragraf terakhir
inspiring
Sedih banget pas jaman pemilu duh hoaxnya di medsos mengerikan dan jelas-jelas fitnah tapi dipercaya, akibatnya jadi terpecah-belah ya
BalasHapusBener bener.. Penting banget memang menjaga kerukunan dalam bernegara ini ya mak.. Karena kita indonesia
BalasHapusSebenarnya kegiatan penataran P4 itu baik bagi anak-anak sekolah dan juga ASN. Bagusnya digalkkan lagi demi menanamkan nilai-nilai pancasila ke dalam jiwa mereka.
BalasHapusHuhuhu....aku rindu nilai-nilai Pancasila. Sepertinya sekarang ini sudah mulai kulupakan terutama toleransi beragama. Kangen jaman dulu saat jiwa nasionalisme kita ada ya . Sekarang kayaknya susah menyembuhkan rasa nasionalisme. Saling memiliki dan bersatu antar masyarakat yang beraneka ragam budaya
BalasHapusWah ini acara yang mak mir woro woro di fbnya ya. Aku suka acara begini..bikin rasa indonesia sepenuh hati
BalasHapusOoo acara ini tooh yg kmrn aku liat Mira woro2in ituuu..
BalasHapusAku setuju sih, kita sebenernya harus mengamalkan dasar2 Pancasila, sebagaimana dulu kita belajar di sekolah. Krn Indonesia negara yg sanhat beragam, multi cultural, sangat rentan adanya perpecahan..
kapan acara ini singgah ke Bnegkulu mba, mau dong diajak kegiatan kayak gini juga .berfaedah kan yah
BalasHapusSedih sih lihat keadaan negara sekarang. Hoax dimana mana, apalagi kalau sudah menyangkut politik. KKN juga semakin merajalela, yg aku kira hanya ada di cerita eh tau nya lihat dengan mata kepala sendiri
BalasHapusAcaranya keren banget. Ikut acara sekalian dapat tambaham ilmu sejarah. Seru ih kayaknya jadi #pendekarpancasila. Sekalian jalan-jalan ke aekikkj
BalasHapuswah ada Mb Mira yah setuju point untuk meninggalkan jejak positif digital karena akan terus terekam ya mba
BalasHapusAah...pesennya di penutup blogpost ini sungguh indah sekali.
BalasHapusTerutama bagian "Berhenti mencari perbedaan, dan mulai bergandengan tangan".
Sekarang saling bekerjasama untuk maju, bukan saling menjatuhkan.
nilai-nilai yang terkandung di Pancasila sudah mewakili semuanya ya, selayaknya memang harus diamalkan, terutama yang saat ini sering terjadi mengenai tolerasi beragama yng mulai luntur
BalasHapusMantaap pendekar Pancasila. Anak-anak sekarang udah gak disuruh menghapalkan butir-butir Pancasila ya? Padahal bagus isinya.
BalasHapusyes mba, Pengamalan Pancasila perlu disebarkan lebih gencar lagi
BalasHapusCoba tanya ke anak-anak zaman sekarang, pada hafal dan paham gak dengan Pancasila. Kalau di dekatku ada yang gak ngerti sama sekali
BalasHapusCinta Indonesia juga bisa diwujudkan dengan cara tetap mematuhi pilar-pilar Pancasila yah,kan. Dengan adanya para pendekar ini tentunya mampu menebarkan hal-hal positif kepada masyarakat sehingga mengurangi perpecahan antar masyarakat yang mulai semakin hangat di Indonesia yah.
BalasHapussemoga pancasila tidak hanya menjadi simbol ya mbak tapi bener2 dipahami dan diapklikasiakan
BalasHapusapalagi sekarang banyak oknum ingin memecvah bangsa
wah acara begini emang perlu banget ya. . bukan hanya menyasar kalangan muda.. semua kalangan wajib ikutan acara ini. menunggu di kotaku ada beginian hehe
BalasHapusOh yaa...bisa mengadukan konten negatif yaa..
BalasHapusButuh banget niih...agar saling menjaga dan menyaring konten untuk masyarakat juga.
Wah berat banget materinya ya?
BalasHapusSekaligus penting banget karena merupakan landasan awal bernegara