Masa depan suatu bangsa, sangat tergantung kepada kualitas SDM-nya. Oleh karena itu segala upaya dilakukan pemerintah agar SDM yang dimiliki mempunyai kualitas yang unggul.
Selain alokasi anggaran di bidang kesehatan, pemerintah juga melakukan penguatan program promotif dan preventif. Diantaranya melalui program pemenuhan gizi dan imunisasi balita, serta edukasi publik tentang pentingnya pola hidup sehat untuk menekan angka penyakit tidak menular dan mencegah terjadinya kasus stunting (kekerdilan) yang diakibatkan oleh kekurangan gizi (mal nutrisi) pada anak.
Berbagai riset membuktikan pengetahuan tentang gizi sangat mempengaruhi persepsi, pemilihan, dan pola makan masyarakat. Sayangnya, di Indonesia literasi gizi masih rendah. Hal ini menyebabkan banyak terjadi mispersepsi pada orang tua yang keliru memberikan asupan gizi untuk anaknya.
Tidak terkecuali dalam hal pemberian susu. Terdapat fakta di lapangan yang menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum paham bahwa berbagai susu yang beredar di pasaran memiliki peruntukkan yang berbeda.
Bahkan pernah ditemukan suatu kasus balita dengan gizi buruk akibat mengkonsumsi susu kental manis sejak bayi yang akhirnya sampai meninggal dunia.
Terkait dengan hal tersebut, Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) merasa terpanggil untuk turut mengedukasi masyarakat agar bijak mengkonsumsi susu kental manis.
Foto bersama tim dari YAICI (doc. Yustrini) |
Sehingga pada tanggal 20 Februari 2020 lalu, YAICI menggandeng PP Muslimat Nahdatul Ulama menyelenggarakan acara bertajuk “Sosialisasi Bijak Mengkonsumsi Susu Kental Manis” di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Acara yang digelar di Omah PMII Bantul ini dihadiri oleh para kader muslimat NU dari seluruh wilayah di DI Yogyakarta. Dan beruntung sekali saya dan beberapa kawan bloger memperoleh kesempatan untuk meliputnya.
Fakta Tentang Susu Kental Manis (SKM)
Dalam acara ini, berbagai nara sumber yang kompeten dihadirkan. Diantaranya Dra. Diah Tjahjonowati, M.Si., Apt - mewakili Kepala Balai BPOM DIY, Drh. Berty Murtiningsih, Kabid P2 mewakili Kadinkes DIY, Hj. Lutvia Dewi Malik S.Ag, dan Arif Hidayat, SE, MM., ketua harian YAICI
Secara bergantian para nara sumber menyampaikan paparannya. Diawali oleh Arif Hidayat, SE, MM yang memaparkan fakta yang cukup memprihatinkan.
Di mana banyak kejadian stunting atau gizi buruk di masyarakat akibat ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan SKM untuk bayi dan balita.
Dalam sebuah survey yang pernah dilakukan YAICI bekerjasama dengan Yayasan Peduli Negeri (YPN) Makassar dan Stikes Ibnu Sina Batam tentang Persepsi masyarakat terhadap SKM di Batam dan Kendari diperoleh hasil sebanyak 97% ibu di Kendari dan 78% ibu di Batam memiliki persepsi bahwa SKM adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak.
Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan edukasi kepada mereka tentang produk susu yang aman untuk bayi dan balita. Juga akibat massifnya pengaruh iklan di televisi yang seolah mengabarkan susu kental manis sebagai minuman sehat keluarga.
Padahal seorang peneliti dari IPB, Dr Dodik Briawan mengatakan kadar gula dalam SKM sangat tinggi sehingga, tidak cocok dikonsumsi anak secara rutin.
Kandungan susu dalam SKM sangat rendah, dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan kardiovaskuler.
Jika diberikan kepada bayi dapat berakibat sangat fatal karena pencernaan bayi yang belum kuat dan kandungan gizinya yang rendah sehingga berakibat terjadinya stunting.
Sedangkan bila diberikan pada anak balita, dapat menyebabkan gangguan pola makan karena anak terbiasa makan yang manis, sehingga anak menjadi pemilih.
Dan berikut fakta mengapa SKM bukan untuk minuman anak :
- SKM mengandung gula sebesar 40-50 persen. Kadar gula yang tinggi dapat meingkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak. Selain itu asupan gula yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan gigi.
- Kandungan gizi pada SKM lebih rendah jika dibandingkan jenis susu lainnya. Kandungan kalsium dan protein SKM lebih rendah dibanding susu bubuk atau susu segar.
Masyarakat perlu dipahamkan bahwa makanan terbaik untuk bayi adalah ASI, yang harus diberikan eksklusif selama 6 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun.
Sementara susu UHT, susu kedelai, susu pertumbuhan, maupun susu segar baru bisa diberikan untuk usia di atas 1 tahun.
Dan untuk SKM sendiri bukan merupakan minuman, tapi adalah produk yang bisa digunakan sebagai topping untuk makanan sebagai penambah rasa.
Pentingnya Kebiasaan Cek KLIK
Dra. Diah Tjahjonowati, M.Si., Apt, mewakili Kepala Balai Bpom DIY menegaskan, sebenarnya kandungan gula dan susu dalam produk kental manis sudah ada dalam labelnya.
Demikian pula keterangan bahwa produk tersebut tidak diperuntukkan bagi bayi di bawah 1 tahun. Bahkan bagi anak di bawah 3 tahunpun juga tidak dianjurkan karena akan membuat anak ketagihan untuk mengkonsumsi makanan manis.
Oleh karena itu penting bagi masyarakat untuk menanamkan kebiasaan cek KLIK sebelum membeli makanan dalam kemasaan.
Cek KLIK tersebut meliputi :
- Kemasan, pastikan kemasan dalam kondisi baik
- Label, baca infornasi label dengan seksama. Meliputi kandungan atau komposisi produk, maupun peruntukkannya.
- Izin Edar, pastikan sudah memiliki ijin edar dari BPOM RI MD/BPOM RI ML/P-IRT
- Kedakuwarsa, pastikan produk yang dibeli belum melewati tanggal kedaluwarsa.
Kebiasaan Cek KLIK tersebut akan mencegah konsumen mengalami akibat fatal akibat mengkonsumsi produk kemasan yang dijual di pasaran.
Aturan Iklan Produk Kental Manis
Terkait iklan kental manis, Dra. Diah menambahkan, BPOM juga telah mengeluarkan peraturan yang ketat. Iklan kental manis harus memenuhi beberapa ketentuan.
Seperti tidak boleh menggunakan model anak, tidak boleh tayang di acara TV yang banyak ditonton anak, serta tidak boleh divisualkan dalam bentuk minuman yang dituangkan dalam air seolah minuman pengganti susu. Saat inipun kata susu sudah dihilangkan dalam kemasan produk kental manis.
Peraturan tersebut tertuang dalam PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Yakni di pasal 54 yang menyatakan bahwa susu kental manis bukan untuk anak dibawah 12 bulan serta pasal 67 point W dan X yang mengatur larangan pernyataan/ visualisasi yang menampilkan anak dibawah usia 5 (lima) tahun.
Mudah-mudahan dengan cara demikian penggunaan kental manis terutama di kalangan anak-anak lebih bisa dikendalikan. Dan itu juga memerlukan peran aktif masyarakat untuk kontrol sosial.
Pernyataan tersebut juga ditegaskan oleh Ketua Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial PP Muslimat NU, dr Erna Yulia Sofihara dan juga Ketua Pengurus Wilayah Muslimat DIY, Hj Lutvia Dewi Malik S.Ag.
Keduanya meminta seluruh kader muslimat NU untuk turut mensosialisasikan, sehingga pemahaman yang keliru tentang penggunaan kental manis dapat diluruskan.
Tentang Isi Piringku
Sementara itu Drh. Berty Murtiningsih, Kabid P2 mewakili Kadinkes DIY menyampaikan pentingnya memahami panduan piring makan dalam pengaturan menu keluarga.
Panduan tersebut adalah :
- 1/2 dari piring makan terdiri dari sayur dan buah
- 1/4 dari piring makan diisi dengan protein
- 1/4 dari piring makan dipenuhi biji-bijian utuh dari beras, gandum, atau pasta.
Sumber : ig Kemenkes |
Selain itu batas konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) juga harus diperhatikan juga. Sebagaimana disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI, konsumsi per orang per hari adalah :
Gula : 50 gram (4 sendok makan)
Garam : 5 gram (1 sendok teh)
Lemak : 67 gram (5 sendok makan minyak)
Dengan pemenuhan nutrisi sebagaimana panduan dalam isi piringku dengan memperhatikan batasan GGL, maka kesehatan keluarga dan masyarakat akan lebih mudah tercipta. Karena sehat berawal dari isi piringku. Semoga tulisan ini bermanfaat ya...
saya ingat dulu iklan salah satu SKM ini modelnya memang anak-anak, memang bukan balita sih. Sudah agak besar anaknya, usia sekolah gitu.
BalasHapusdan diminum layaknya susu di iklan tersebut.
Amannya dikonsumsi 5 tahun ke atas sih mom, dan digunakan sebagai campuran minuman lainnya.
HapusSaya juga klo beli susu, selalu yang pertama dicek adalah kemasannya, ada rusak atau ga. Baru cek kadaluarsanya. Apalagi buat anak minum. Harus benar2 dicek dulu
BalasHapusBetul, jangan lupa juga cek peruntukannya. Untuk rentang usia berapa produk tersebut
HapusMakanya sekarang namanya diubah ya kan Mba.. menjadi krimer kental manis..
BalasHapusKarena itu bukan susu..
Kandungan gula yang banyak berbahaya juga buat kesehatan gigi. Apalagi buat orangtua yang kurang gerak.. rawan diabetes.
Betul...jadi kental manis..
HapusSetiap beli,pasti selalu ada tulisan tidak cocok untuk anak bayi, ternyata emang bukan diperuntukkan anak bayi karena ada kandungan gula yang bila dikonsumsi jangka panjang tidak baik untuk kesehatan gigi.
BalasHapusBetul..
HapusAku sering lho mendapati promo di supermarket termasuk produk susu tapi saat dicek kemasannya sudah banyak yang penyok. Kalau dilihat masa berlakunya sih masih panjang, paling nggak setahun. Yang seperti itu biasanya aku nggak beli. Begitu sampai rumah, segel pada tutup pun sudah rusak. Memang harus jeli ya saat berbelanja.
BalasHapusIya, penting banget kebiasaan cek KLIK untuk anak
Hapussoal SKM ini memang banyak kampanye yang menyesatkan. Kita sebagai influencer/blogger juga mengemban tugas berat untuk menginformasikan/mendengungkan informasi yang benar, bukan sekedar memenuhi permintaan klien saja.
BalasHapusAcara ini bagus banget ya mbak, untuk edukasi juga. karena dari segi harga SKM memang lebih terjangkau jadi ya dianggap bisa menjadi substitusi susu. Sedih banget ya kalau sudah turun ke lapangan
Betul, pada intinya sih tetap bisa dikonsumsi. Tapi bukan untuk bayi dan anak balita. Iya, untuk masyarakat yamh cari yang murah mmg sering begitu..
Hapusaku suka SKM, dulu sering banget minum Susu kental manis, tapi sekarang paling buat mengobati rasa dahaga saja, diseduh dengan air es, sedep seger benerrr
BalasHapusKalau sudah dewasa sih gpp..pencernaan dah kuat
HapusNoted deh 1/2 piring itu idealnya sayur dan buah yaa.. Jangan kebanyakan karbo hihi... Kental manis emang bukan susu ya Mbak. Acara yg berfaedah ni mbak,, tfs
BalasHapusSemoga makin banyak orang tua yg cerdas dan bijak.
BalasHapusSudah dikasih keterangan di kemasan tp ga mau repot2 baca. Ga sedikit yg sebodo amat.
Iya, kebiasaan cek KLIK ini harus jadi kebiasaan
HapusAnak saya suka banget dengan SKM. Hihihi. Tapi mereka sudah cukup umur, sih ya, 12 dan 16 tahun.
BalasHapusKadang saya turuti, sekalian untuk teman bikin kopi susu sendiri. Menurut kami lebih sehat daripada merk kopi susu yang terkenal. Nah... 2 anak itu jadi ikutan minum SKM.
Kalau yang sudah cukup umur gpp mb, dan mmg fungsinya untuk penambah rasa minuman
HapusYups bener penting banget edukasi beginj dan SKM itu sih saat ini hanya untuk toping makanan atau minuman saja sih.
BalasHapus