Diskusi Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia (sumber : KBR Indonesia) |
Kusta adalah penyakit yang sudah sejak dulu ada. Penanganan menjadi sulit karena adanya stigma di masyarakat yang menganggap kusta sebagai penyakit kutukan, mudah menular, dan tidak dapat disembuhkan.
Akibatnya banyak penderita kusta yang cenderung menyembunyikan penyakitnya. Sehingga akhirnya terlambat dalam penanganan dan menyebabkan kecacatan.
Di Indonesia sendiri, kasus kusta mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan Indonesia masuk peringkat 3 sebagai negara dengan kasus kusta terbanyak di dunia setelah setelah India dan Brazil.
Kondisi ini tentu saja membutuhkan penanganan segera. Agar upaya mewujudkan Indonesia bebas kusta segera dapat menjadi nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut, KBR Indonesia yang memiliki program khusus "Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA)" bekerjasama dengan NLR Indonesia mengadakan acara talkshow dengan tema "Sasakawa Health Foundation dan Kusta di Indonesia".
Acara ini menghadirkan 3 orang narasumber, yakni Ms. Aya Tobiki selaku Chief Program Officer Hansen's Disease Program Sasakawa Health Foundation, Bapak Asken Sinaga selaku Direktur Eksekutif NRL Indonesia, dan Mas Ardi Yansyah selaku OYPMK dan Ketua Permata Bulukumba.
Apa saja materi yang disampaikan dalam talkshow kali ini? Berikut ulasannya.
Tentang Sasakawa Health Foundation
Mengawali acara talkshow, Ms. Aya Tobiki menjelaskan dengan rinci tentang Sasakawa Health Foundation. Sasakawa Health Foundation merupakan organisasi NGO Jepang yang bergerak dalam bidang kesehatan khususnya penanggulangan penyakit kusta.
Ms. Aya Tobiki, Sasakawa Health Foundation (sumber: KBR Indonesia) |
Organisasi ini berdiri pada tahun 1974, dengan ruang gerak tidak hanya di Jepang tetapi juga di negara-negara lain di dunia.
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, Sasakawa Health Foundation berpegang pada 3 pilar utama. Yakni :
- Mencegah penyebaran penyakit kusta.
- Menghilangkan diskriminasi pada penderita kusta.
- Menyampaikan sejarah penanganan penyakit kusta
Hal tersebut sesuai dengan visi dari Sasakawa Health Foundation, yakni semua manusia berhak sehat dan bermartabat lebih baik.
Untuk mewujudkan itu semua, maka Sasakawa Health Foundation mendukung penuh upaya peningkatan kesehatan manusia termasuk dukungan terhadap program-program dari NLR Indonesia dalam menanggulangi masalah kusta.
Saat melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan yang ada di Cirebon, Pasuruan, dan Indramayu, Ms. Aya Tobiki juga menyampaikan rasa terkesannya terhadap edukasi yang telah dilakukan untuk menghilangkan stigma di masyarakat tentang kusta.
Peran NLR Indonesia Memerangi Kusta
Pembicara selanjutnya adalah Pak Asken Sinaga selaku Direktur Eksekutif NRL Indonesia. Sebagai organisasi nirlaba yang fokus menangani masalah kusta di Indonesia, NLR Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak. Baik pemerintah maupun swasta.
Asken Sinaga, NLR Indonesia (sumber : KBR Indonesia) |
Menurut Pak Asken, pemerintah sudah memiliki program dan aksi untuk memberantas kusta. Dan NLR Indonesia turut mendukung upaya tersebut melalui kegiatan edukasi dan peningkatan awarness masyarakat terhadap penyakit kusta baik melalui jalur konvensional maupun melalui media sosial.
NLR Indonesia memiliki program inovasi yaitu peer concelor project yang berfokus pada :
- Pemberdayaan OYPMK melalui pelatihan-pelatihan.
- Melakukan kerjasama (partnership) lintas sektor termasuk dengan LSM/NGO baik dari dalam maupun luar negeri. Karena pemberantasan kusta tidak bisa dilakukan sendiri.
- Memberikan dukungan teknis kepada OYPMK, pemerintah, dan pihak LSM/NGO
- Memberikan dukungan dan advokasi kepada OYPMK.
Dan apa yang telah dilakukan oleh NLR Indonesia dalam melakukan upaya penanganan masalah kusta berdampak nyata.
Salah satu pembicara yakni Mas Ardi Yansyah Ketua Permata Bulukumba sekaligus OYPMK merasakan dampak positif dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan NLR Indonesia.
Menurut Mas Ardi, kegiatan yang dilakukan NLR Indonesia berupa edukasi secara medis tentang kusta membuka wawasan bagi penderita kusta dan juga masyarakat luas tentang penyakit kusta.
Ardi Yansyah, Permata Bulukumba (sumber: KBR Indonesia) |
Sehingga lambat laun stigma di masyarakat menjadi jauh berkurang. Karena masyarakat telah mendapat informasi yang benar tentang kusta.
Pelatihan keterampilan yang diberikan juga membuat para OYPMK mempunyai semangat dan rasa percaya diri yang kuat. Bahwa mereka nanti mampu mandiri secara ekonomi dan bermasyarakat kembali.
Penutup
Selama ini penanganan kusta banyak terhambat oleh adanya stigma. Stigma ini membuat beban mental penderita kusta semakin berat. Karena merasa dijauhi dan dianggap tidak berarti.
Sehingga banyak dari penderita kusta yang cenderung menutup diri dan enggan berobat. Hal ini menyebabkan penyakitnya bertambah parah karena terlambat mendapatkan penanganan. Akibatnya risiko terjadinya kecacatan semakin besar.
Untuk itu menjadi PR bersama untuk menghilangkan stigma. Yaitu dengan memberikan edukasi yang masif tentang penyakit kusta.
Bahwa penyakit ini bukan kutukan dan bisa disembuhkan. Bahkan pengobatannya dapat dilakukan secara gratis di puskesmas-puskesmas.
Dan masing-masing kita bisa berkontribusi menghilangkan stigma tentang kusta, dengan turut menyebarkan informasi yang benar tentang kusta.
Sekali lagi, kusta bukan penyakit kutukan dan penyakit ini juga dapat disembuhkan. Penularannya pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semoga stigma tentang penyakit kusta dapat benar-benar hilang.
Karena seperti pesan Ms. Aya Tobiki dalam closing statement-nya : "semua manusia berhak atas hak-hak kemanusiaan. Dan bagaimanapun kondisinya, mereka memiliki martabat yang sama".
Posting Komentar
Posting Komentar