Kisah Inspiratif Nordianto Hartoyo dalam Mengkampanyekan Bahaya Pernikahan Dini

Nordianto penerima satu Indonesia award 2018
Nordianto Penggagas GenRengers Educamp (Sumber : kemenpora.go.id)

Baru-baru ini, masyarakat dikejutkan dengan unggahan video rekaman  cctv dari seorang mantan atlet anggar sekaligus selebgram asal Aceh bernama Cut Intan Nabila. Dalam video yang diunggah, terungkap fakta Cut Intan Nabila mengalami Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya.

Dalam keterangan yang tertulis, disebutkan bahwa selama 5 tahun pernikahan, Cut Intan Nabila sudah sering mengalami KDRT dan juga perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya. Dan selama ini, dia bertahan demi anak-anaknya. 

Namun karena tidak kunjung ada perubahan dari sang suami, akhirnya Cut Intan memutuskan untuk speak up

Ada yang menarik dari pernikahan Cut Intan ini. Ternyata Cut Intan menikah di usia yang masih sangat muda, yakni 18 tahun. Dan kini diusianya yang ke 23, dia telah dikarunia 3 orang anak. Ini artinya jarak kelahiran anak-anaknya termasuk dekat. 

Padahal menurut Jasra Putra yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua KPAI, pernikahan dini dapat memicu terjadinya KDRT. Karena dalam pernikahan dini fungsi-fungsi keluarga banyak yang tidak jalan. 

Faktor ketidaksiapan mental terhadap tanggung jawab yang diemban juga ketidaksiapan tanggung jawab secara finansial akan memunculkan berbagai konflik yang dapat mengarah pada terjadinya KDRT. 

Dan faktanya, berdasar survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)  2020, Indonesia menjadi negara yang kasus pernikahan dininya tergolong tinggi. Yakni sebesar 8,19 %. 

Bahkan berdasarkan data United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2023, Indonesia menempati peringkat empat dalam perkawinan anak global dengan jumlah kasus sebanyak 25,53 juta. 

Meskipun sebenarnya pemerintah melalui lembaga terkait telah menetapkan syarat usia minimal untuk menikah, namun fakta di lapangan, terutama di daerah-daerah pernikahan dini masih banyak terjadi. 

Hal ini tidak lepas dari adanya anggapan bahwa pernikahan menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Padahal kenyataannya justru banyak masalah yang muncul akibat pernikahan dini. 

Seperti terjadinya stunting pada anak, tingginya angka kematian ibu dan bayi, tingginya angka putus sekolah, termasuk tingginya angka pekerja anak yang rentan diberi upah murah, yang malah meningkat kan angka kemiskinan. 

Kondisi inilah yang dulu menggugah Nordianto Hartoyo Sanan yang biasa dipanggil Anto, untuk terlibat dalam gerakan mencegah pernikahan dini. 

Nordianto Hartoyo, Penggagas GenRengers Educamp

Nordianto pencegah pernikahan dini
Nordianto (sumber : YouTube)

Anto adalah seorang penggerak sosial muda asal Kubu Raya. Ketertarikannya terhadap permasalahan pernikahan dini bermula dari curhatan sang ibu yang pernah menyampaikan keluhannya. Seandainya beliau tidak menikah di usia muda, mungkin beliau akan menjadi orang yang lebih sukses dan memiliki kehidupan yang lebih baik. 

Selain itu kesehatan reproduksi sang ibu juga menurun akibat menikah di usia yang terlalu muda, sehingga sering mengalami keguguran dan sakit-sakitan. 

Hal tersebut yang kemudian membuat Anto termotivasi untuk mencegah pernikahan dini, terutama di lingkungan tempat tinggalnya. 

Motivasinya semakin menguat setelah dirinya menjadi peserta Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) yang diselenggarakan oleh BKKBN. 

Dalam kegiatan yang diikutinya, Anto memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas, dan NAPZA. Pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan tersebut mendorong Anto mendirikan GenRengers Educamp pada tahun 2016. 

Kegiatan GenRengers Educamp
Kegiatan GenRengers Educamp (sumber : YouTube)

GenRengers Educamp adalah sebuah program perkemahan yang memberikan edukasi dan pelatihan kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, dan pengetahuan tentang membangun rumah tangga. 

Dengan kegiatan ini diharapkan para peserta memiliki pengetahuan yang cukup, dan mengisi masa mudanya dengan kegiatan positif sehingga terhindar dari pernikahan dini. 

Tidak hanya itu Anto juga berharap kegiatan GenRengers Educamp akan melahirkan banyak kader yang turut menyebarkan informasi mengenai dampak negatif pernikahan dini. 

Dengan demikian diharapkan semakin banyak generasi muda yang sadar sisi negatif pernikahan dini. Sehingga angka kejadian pernikahan di usia yang masih sangat muda dapat diminimalisir. 

Upaya Anto mencegah pernikahan dini ini patut diapresiasi. Karena secara tidak langsung turut mencegah kualitas hidup yang buruk di masyarakat karena pernikahan dini. 

Tidak heran jika upaya serius dari Anto ini mendapatkan perhatian dari PT ASTRA dan memperoleh penghargaan SATU Indonesia Award pada tahun 2018, untuk kategori kesehatan. 

Apa yang dilakukan oleh Nordianto ini tampaknya masih relevan untuk terus dilakukan sampai sekarang. Selain untuk menghindari kemungkinan terjadinya KDRT, juga untuk mencegah dampak negatif lain dari pernikahan dini.


Referensi :

https://www.kemenpora.go.id/detail/68/nordianto-hartoyo-penggagas-genrengers-educamp-untuk-peduli-bahaya-pernikahan-muda

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/19/kisah-inspiratif-nordianto-sanan-pentingnya-kesehatan-sebagai-dampak-dari-pernikahan-dini

https://www.google.com/amp/s/siap.viva.co.id/amp/news/72-genrengers-educamp-ikhtiar-nordianto-tekan-kasus-pernikahan-dini

YouTube Nozstudio Multimedia 



Sapti nurul hidayati
Saya seorang ibu rumah tangga dari Yogya. Blog ini saya buat untuk tempat berbagi cerita dan pengalaman tentang apa saja. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Untuk kerjasama, silakan kontak ke saptinurul (at) gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular

Subscribe Our Newsletter